rss

Selasa, 01 Maret 2011

KHOTBAH RASULULLAH MENGENAI SYIRIK

Abu Ali, seorang dari bani Kaahil, mengatakan bahwa Abu Musa Al-Asy’ary berkhotbah,”Wahai manusia, waspadailah syirik karena ia lebih samar daripada rayapan semut.”
Mendengar pernyataan itu Abdullah bin Hazan dan Qais bin Al-Mudharib mendekat. Mereka berkata,”Kamu harus menyebutkan dalilnya agar kamu bebas dari tanggung jawab oerkataan itu. Kalau tidak, kami akan menemui Umar, baik diizinkan ataupun tidak.”
“Aku akan tunjukkan dalilnya, “ kata Abu Musa, “Pada suatu hari Rasulullah berkhotbah di hadapan kami. Beliau bersabda, “Wahai manusia, waspadailah syirik karena syirik lebih samar daripada rayapan semut.”
Seseorang bertanya, “Bagaimana kami mewaspadainya kalau ia lebih samar daripada rayapan semut?”
Beliau menjawab, “Ucapkanlah,
“Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami meminta ampunan-Mu dari apa yang kami tidak ketahui.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
Sebagaimana kit abaca, dalam khotbah ini Rsulullah memperingatkan kita akan bahaya syirik. Beliau menjelaskan bahwa syirik lebih samar daripada rayapan semut. Hal ini berarti bahwa syirik memasuki amal manusia tanpa terasa sehingga manusia tidak begitu menghiraukannya.
Ibnu Abbas pernah berkata, “Termasuk syirik jika kamu berkata,’Demi hidupmu, Fulan!’ atau ‘Demi hidup bapakmu!’ atau ‘Jika bukan karena keledai si Fulan, pasti para pencuri telah mencuri harta kita malam tadi’ atau Aku berada di bawah perlindungan Allah dan di bawah perlindunganmu’ atau ‘Aku bertawakal kepada Allah dan kepadamu’ dan sebagainya”
Banyak hadits yang menyebutkan peringatan akan syirik. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Adh-Dhahhaak bin Qais bahwa Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah berfirman, Aku adalah sekutu yang baik. Barangsiapa menyekutukan seorang sekutu dengan Aku, maka amalnya itu untuk sekutu-Ku itu. ‘Wahai manusia, ikhlaskan amal – amal kalian karena Allah tidak menerima amal manusia kecuali yang ditunaikan dengan ikhlas untuk-Nya. Jangan katakana ‘Ini adalah untuk Allah dan untuk kekerabatan’ karena jika kamu mengucapkan itu, akan menjadi untuk kekerabatan saja, sama sekali tidak untuk Allah. Dan jangan katakana ‘Ini adalah untuk Allah dan untuk kehormatan kalian’ karena jika kamu mengucapkan itu, menjadi untuk kehormatan kalian saja, sama sekali tidak untuk Allah. (HR. Al-Bazzar dan Al-Baihaqi)
Abu Umamah mengatakan bahwa seorang pria dating menemui Rasulullah. Ia bertanya, “Seseorang berperang mencari pahala dan popularitas. Apa yang didapatnya?”
Beliau menjawab, “Ia tidak mendapat apa – apa.”
Lelaki itu mengulangi pertanyaannya yiga kali, sementara Rasulullah tetap menjawab, “Ia tidak mendapat apa – apa.”
Selanjutnya Rasulullah bersabda, “Allah hanya menerima amal yang ikhlas dan ditujukan untuk mencari ridha-Nya.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)
Marilah kita menjadi orang – orang yang ikhlas dalam segala amal saleh kita agar amal – amal kita diterima di sisi Allah. Hendaknya semboyan kita adalah,
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya…” (Al-An’aam : 162-163)

0 komentar:


Posting Komentar