Abu Sa’id Al-Khudri menuturkan bahwa Nabi berkhotbah setelah ashar. Beliau bersabda, “Amma ba’du. Sesungguhnya dunia itu indah dan manis. Allah menjadikan kalian khalifah di sana untuk melihat apa yang kalian perbuat. Waspadalah terhadap dunia dan waspadalah terhadap wanita karena fitnah pertama bani Israel berawal dari wanita. Ketahuilah, bahwa bani Adam diciptakan dengan bertingkat – tingkat. Ada yang dilahirkan sebagai mukmin, hidup sebagai mukmin, dan mati sebagai mukmin. Ada pula yang dilahirkan sebagai kafir, hidup sebagai kafir, dan mati sebagai kafir. Ada pula yang dilahirkan sebagai mukmin, hidup sebagai mukmin, dan mati sebagai kafir. Ada pula orang yang dilahirkan sebagai kafir, hidup sebagai kafir, dan mati sebagai mukmin.
Ketahuilah bahwa amarah adalah bara api yang dinyalakan di dalam dada anak Adam. Tidakkah kalian melihat matanya merah dan urat – uratnya menggelembung? Jika ada di antara kalian yang mengalaminya, hendaknya ia ke tanah. Ketahuilah bahwa lelaki terbaik adalah yang lambat marah dan cepat ridha. Lelaki paling jelek adalah cepat marah dan lambat ridha. Apabila seseorang itu lambat marah dan lambat kembali sadar, atau cepat marah dan cepat sadar, maka kedua sifat itu sebanding.
Ketahuilah bahwa pedagang yang paling baik adalah yang membayar dengan cara yang baik dan menuntut dengan cara yang baik pula. Pedagang paling buruk adalah yang membayar dengan cara yang buruk dan menuntut dengan cara yang buruk pula. Apabila seseorang membayar dengan cara yang baik dan menuntut dengan cara yang tidak baik, atau ia membayar dengan cara tidak baik dan menuntut dengan cara yang baik, maka kedua cara itu sebanding.
Ketahuilah bahwa setiap penghianat akan memiliki bendera pada hari Kiamat sebesar penghianatannya. Ketahuilah bahwa penghianatan terbesar adalah penghianatan seorang pemimpin. Hendaknya ketakutan kepada manusia tidak menghalangi seseorang untuk mengungkapkan kebenaran jika ia mengetahuinya.
Ketahuilah bahwa jihad yang paling utama adalah mengungkapkan kebenaran di hadapan seorang penguasa yang zalim.”
Rasulullah terus berkhotbah hingga matahari hanya tinggal berwarna kemerahan di ujung dahan kurma. Beliau kemudian bersabda,
“Ketahuilah bahwa masa dunia yang tersisa disbanding yang telah lewat adalah seperti hari kalian yang tersisa ini disbanding keseluruhan waktu yang telah lewat.” (HR. Ahmad, At-Tarmidzi, dan Al-Haakim)
Dalam khotbah di atas, Rasulullah menyinggung beberapa hal. Salah satunya mengenai bahaya dunia. Beliau menjelaskan bahwa rasa dan rupa dunia adalah manis. Lalu beliau memperingatkan kita akan bahaya dan godaan dunia. Beliau bersabda, “Maka waspadalah terhadap dunia,” karena dunia membawa bencana apabila dating dan menjadikan tubuh kurus bila pergi.
Seorang penyair mengungkapkan,”Itulah dunia. Ia berkata dengan lantang,’Hati – hati. Waspadalah terhadap cengkraman dan pembunuhanku. Janganlah kalian terkecoh dengan senyumku karena ucapanku menjadikan kalian tertawa, tetapi tindakanku menjadikan kalian menangis.”
Selanjutnya, Rasulullah memperingatkan kita akan fitnah kaum wanita. Mereka adalah jarring dan perangkap setan. Mereka kurang akal dan minus agama. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Maajah, Nabi bersabda,
“Wahai kaum wanita, bersedekahlah. Perbanyaklah istigfar karena aku melihat kalian adalah mayoritas penghuni neraka.”
Salah seorang dari mereka yang cerdas bertanya, “Rasulullah, mengapa kami adalah penghuni neraka yang paling banyak?”
Rasulullah kemudian menjawab,
“Kalian banyak mengutuk dan tidak berterimakasih kepada suami. Aku tidak pernah melihat makhluk yang kurang akal dan agama yang lebih sanggup menguasai akal seorang pria daripada kalian.”
Ia bertanya, “Apakah kekurangan akal dan agama kami?”
Beliau menjawab, “Kekurangan akal adalah persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian satu pria. Hal ini merupakan bukti kekurangan akal. Wanita selama beberapa hari tidak shalat dan tidak puasa pada Ramadhan. Hal ini merupakan bukti kekurangan agamanya.”
Dalam sebuah riwayat disebutkan,
“Aku tidak pernah melihat ada makhluk yang kurang akal dan agama yang lebih sanggup mencabut akal seorang pria yang tegas daripada salah satu dari kaum wanita. Jika seumur hidupmu, kamu berbuat baik kepadanya, lalu ia melihat satu saja keburukanmu, ia akan berkata,”Aku sama sekali tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu.”
Setelah itu Rasulullah menjelaskan tingkatan – tingkatan bani Adam agar kita senantiasa meminta kepada Allah agar diberikan husnul-khatimah atau kematian yang baik. Diriwayatkan oleh Anas bahwa Nabi bersabda,
“Jika Allah menghendaki kebaikan untuk seseorang maka Dia memperkerjakannya.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana Dia memperkerjakannya?”
“Dia memberinya taufik dan bantuan untuk melakukan amal saleh sebelum ia mati, lalu Dia mencabut nyawanya ketika ia melakukan amal saleh itu.” (HR. Ahmad, At-Tarmidzi, dan Al-Haakim)
Selain itu, Rasulullah juga menyinggung bahaya amarah. Salah satu bahayanya yang paling besar, sebagaimana dikatikan Ali bin Abi Thalib, adalah, “Marah akan membodohkan orang yang sabar, membuat seorang ulama gegabah, menyebabkan hilang akal, dan menunjukkan kebodohan seseorang.”
Oleh karena itu, Rasulullah pernah bersabda kepada seseorang yang memninta wasiat kepada beliau, “jangan marah.” Beliau mengulangi pesan itu beberapa kali.”Jangan marah…” (HR. Bukhari)
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda,
“Orang yang keras bukanlah yang dapat mengalahkan orang lain dengan kekuatan tubuhnya. Orang yang keras adalah yang dapat menguasai diri saat marah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan lain – lain)
Rasulullah kemudian menutup khotbah beliau dengan bersabda, “Ketahuilah bahwa masa dunia yang tersisa…”
Dengan kalimat itu beliau ingin mengingatkan kita bahwa dunia, seperti digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, merupakan,
“…Permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah – megah antara kamu serta serta berbangga – banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam – tanamannya mengagumkan para petani: kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur…” (Al-Hadiid : 20)
Dan yang tersisa dari dunia ini akan sirna dengan cepat.
Seorang penyair berkata, “Duniamu tidak lain seperti sebuah tempat berteduh yang menaungimu, lalu menyuruhmu pergi.”
Marilah kita menarik pelajaran dari ini semua. Hendaknya kita termasuk orang – orang yang menganggap bahwa dunia merupakan jembatan penyebrangan atau lading untuk akhirat yang ke sanalah kita akan kembali dan di sanalah semua akan menerima balasan.
“…Pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya…” (An-Naba’ : 40)
Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
“Dunia itu manis dan hijau. Allah menjadikan kalian khalifah di sana. Dia hendak melihat bagaiman kalian berbuat. Maka, waspadalah terhadap dunia dan waspadalah terhadap wanita.” (HR. Muslim dan An-Nasa’i)
Rasulullah juga bersabda,
“Setelah kematianku, tidak ada fitnah yang lebih membahayakan kaum lelaki daripada fitnah kaum wanita.”
*Syekh Thaha Al-Afifi
0 komentar:
Posting Komentar