rss

mutiarafr.blogspot.com

Jumat, 18 Maret 2011

Rasulullah Banyak Tertawa dan Tersenyum

Rasulullah adalah orang yang paling banyak tersenyum dan tertawa di hadapan para sahabat beliau. Bahkan, beliau menjadikan senyum sebagai ibadah yang digunakan untuk menyembah Allah sebagaimana sabdanya,
“ Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah “
Orang yang menelurusuri kehidupan Nabi Muhammad akan mendapati bahwa beliau terkadang bercanda dan berhumor. Hal itu tidak aneh mengingat beliau adalah sosok yang menjadi rahmat yang dianugerahkan Allah untuk manusia. Allah berfirman tentang beliau,
“ Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu “ (Ali Imran : 159)
Beliau diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam. Dan, manusia yang paling berhak mendapatkan rahmat ini adalah keluarga beliau, kerabat beliau, orang – orang yang dikasihi beliau dan para sahabat beliau. Penampilan beliau yang suci selalu dihiasi senyuman yang benderang dan mensugesti. Jika orang bertemu dengan beliau, maka mereka langsung terpikat hatinya. Jiwa mereka pun segera cenderung terpikat secara total kepada beliau, dan ruh mereka pun segera tertawan dengan kepribadian beliau.
Beliau tersenyum seperti embun yang tampak bersinar di wajah yang lebih cemerlang dari matahari, kening yang lebih bercahaya dibandingkan bulan purnama, mulut yang lebih suci dari wewangian, akhlak yang lembut dari bunga, dan cinta yang lebih halus dari angin semilir. Beliau hanya mengucapkan kebenaran. Sehingga, humor beliau bagi ruh para sahabat terasa lebih lembut dari butir – butir air di hati, dan lebih halus dari tangan seorang ayah yang penyayang di kepala anaknya yang masih bayi.
Beliau berhumor kepada mereka sehingga ruh mereka pun menjadi semangat, dada mereka menjadi lapang, dan wajah mereka menjadi ceria. Sehingga,mereka sama sekali tidak menginginkan dunia seluruhnya dalam salah satu majelis beliau. Dan, mereka pun sama sekali tidak mengharapkan harta yang berlimpah ruah dalam satu kata – kata beliau yang lebih tenang dan bercahaya dari semua itu.
Jarir bin Abdullah al-Bujali berkata, “Setiap kali saya menjumpai Nabi Muhammad pasti beliau tersenyum.” Jarir berbangga dengan anugerah ini serta mengumumkan kedermawanan beliau. Dan senyum yang cemerlang, hangat, dan tulus ini lebih berharga bagi Jarir dibandingkan semua ingatan dan lebih tinggi dibandingkan seluruh harapan.
Ketika beliau senyum di hadapannya, maka hal itu sudah cukup baginya. Tindakan beliau itu memenuhi ruhnya dengan kebaikan, kasih sayang, dan kelembutan. Jangan sangka hal itu adalah sesuatu yang biasa, atau ia adalah sesuatu yang mudah sekali, karena Anda tidak mengikuti kejadian itu juga tidak merasakan masalahnya.
Rasulullah dalam tawa dan canda beliau bersikap seimbang antara orang yang kering, muram dan cemberut penampilannya, dengan orang yang banyak tertawa, berlebihan dalam humor dan hobi berkelakar. Nabi Muhammad pernah tertawa dalam beberapa kesempatan hingga geraham beliau terlihat, namun beliau tidak tenggelam hinga dalam tawa hingga tubuh beliau bergerak – gerak, atau condong atau hingga bagian tubuh atas beliau terlihat.

Selasa, 01 Maret 2011

Mahar Untuk Rumaisha

Seorang remaja putri, Rumaisha. Hidup biasa – biasa saja, sama seperti teman sebayanya. Tidak cantik, sederhana namun ada sebuah motivasi dalam dirinya untuk selalu tegar bertahan hidup di atas ujian Allah , motivasi hidupnya adalah “Aku hidup untuk Allah, dan aku hidup untuk mati” Subhanallah, motivasi yang sangat dahsyat, menanamkan dalam dirinya hidup hanya untuk Allah, dan meninggalkan semua kemewahan dunia, karena ia menyadari bahwa semua yang bernyawa pasti akan mati. Seandainya semua manusia menyadari hal ini. Dia, seorang mahasiswi di bidang kebidanan. Ya, pilihan yang tepat, dari banyak segi, jurusan ini sangat banyak manfaatnya dan insha Allah sedikit mudharatnya. Seorang bidan banyak menolong para ibu untuk berjuang melairkan khalifah – khalifah kecil, dan pekerjaan ini juga jarang mencampurbaurkan antara lelaki dan perempuan. Sehingga, dapat tetap menjaga muru’ahnya sebagai seorang wanita muslimah. Insha Allah.
                Tapi, suatu ketika rumaisha diuji oleh Allah.  Pagi itu, Rumaisha pergi ke sebuah toko alat tulis yang berada tidak jauh dari sekolah akademinya. Di sana, ia bertemu dengan seorang pemuda, ya tampan memang. Sekilas melihat pemuda tersebut, hati Rumaisha bergetar dan segera menundukkan pandangannya, karena, pandangan pertama itu rahmat sedangkan seterusnya adalah laknat. Hari berlalu, Rumaisha melalui hari – harinya seperti biasa. Hingga pada hari Senin, saat waktu Zuhur, Rumaisha pergi ke masjid yang berada di belakang sekolah akademinya. Setelah shalat Zuhur, tanpa sengaja Rumaisha bertemu dengan pemuda itu lagi, entah apa yang membuat Rumaisha berdiri mematung, pemuda itu memakai almamater kampus yang ternyata letaknya tak jauh dari sekolah Rumaisha. Pemuda itu mengenakan almamater warna biru , menandakan bahwa ia seorang mahasiswa fakultas Hukum. Tersadar dari hayalannya, dan bahwa ia sedang diperhatikan oleh pemuda tersebut, ia menjadi malu, wajahnya memerah, dan segera ia berlari meninggalkan masjid. Rumaisha pulang, ke rumah, sesampainya di rumah, ia langsung duduk bersandar di kursi kamarnya, mengambil sebuah catatan kecil, ya catatan itu memang biasanya ia pakai sebagai media untuk curhat sama Allah. Walaupun ia tahu, bahwa Allah itu Maha Mengetahui, tanpa ia menulis pun Allah sudah mengetahuinya. Tapi, Rumaisha punya cara sendiri untuk melampiaskan perasaannya. Diambilnya pulpen dan mulai tangan menuliskan sesuatu
“ Ya Allah, Aku mohon
Jika Engkau takdirkan aku untuk mencintai seseorang, aku ingin seseorang yang bisa membawa cintaku agar lebih dekat kepada-Mu”
Ya, hanya dua baris namun penuh makna. Pada suatu hari di desa yang tidak jauh dari kota di mana Rumaisha tinggal terjadi bencana. Sebagai pemudi yang aktif ia turut menjadi relawan, dia membantu menyalurkan bantuan – bantuan. Tanpa disangka ternyata pemuda yang pernah memikat hatinya tersebut juga menjadi relawan, bahkan satu kelompok dengan Rumaisha, yang akhirnya mau tidak mau, menuntut keduanya untuk saling berbicara. Singkat cerita mereka berkenalan, nama pemuda tersebut adalah Abdullah. Semakin membuncah perasaan Rumaisha begitu nama itu disebut. Acara bakti social selesai. Namun, perkenalan mereka tidak berakhir seketika itu juga, mereka masih sering berkomunikasi, sekedar sharing atau tukar pendapat. Entah, apa yang membuat hati Abdullah juga terpikat pada Rumaisha. Mungkin karena komunikasi yang membuatnya merasa akrab dan nyaman. Suatu hari, Abdullah memberanikan diri untuk menyatakan perasaaannya.
“Rumaisha, aku ingin mengkhitbahmu” Bagaimana tidak tersentak perasaan Rumaisha, meskipun hanya dilontarkan melalui sms, namun cukup melambungkan angannya. Abdullah dan Rumaisha berniat untuk sberta’aruf, tapi, justru musibah bagi keduanya, niat awal yang baik justru meyerempet ke hal – hal yang tidak disukai Allah, mereka malah menjurus ke arah pacaran. Tapi, masih mampu mengendalikan nafsu mereka, dan tidak pernah sampai terjadi khalwat seperti pacaran pada umumnya. Mereka hanya berkomunikasi via telfon dan sms. Hari – hari seperti terasa indah bagi mereka, padahal, dibalik semua itu sedikit demi sedikit mereka meninggalkan keimanan mereka. Menghayalkan cita – cita mereka berdua yang ingin membina sebuah rumah tangga yang islami, bahkan sampai pada angan – angan tentang memiliki keturunan, meskipun begitu, cara mereka tetap saja salah, karena belum ada ikatan yang menghalalkan hubungan mereka. Hingga suatu hari, ada sebuah percakapan kecil di antara mereka, yang mana mengawali kesadaran Rumaisha untuk kembali ke jalan Allah.
“De, nanti kalau kita menikah de mau mahar apa?”
Pertanyaan yang pasti melambungkan angan – angan setiap wanita. Jauh – jauh sebelum bertemu dengan Abdullah, Rumaisha memang sudah mengidam-idamkan mahar untuk pernikahannya kelak, karena mahar adalah haknya wanita. Rumaisha mengetahui bahwa salah satu tanda wanita yang diberkahi adalah wanita yang murah maharnya. Namun mahar yang diinginkan oleh Rumaisha sudah ia tanamkan untuk tidak harus dipenuhi, hal ini hanya ia ajukan jika memang sang calon suami setuju dengannya, namun jika tidak maka ia akan meminta mahar yang jauh lebih ringan, hal ini karena ia hanya meniginkan ridho Allah.
“Hmm, de pengen maharnya de nanti 7 buah gamis besar berwarna gelap yang menutupi aurat de, dan menutupi seluruh lekuk tubuh de, plus jilbabnya yang besar ya kak, hehe , ”
Ketika melayangkan sms itu, jauh di dalam hati Rumaisha, terdapat harapan yang sangat besar agar Abdullah menyetujuinya.
Dibalik setiap permintaan Rumaisha itu malah manfaatnya ditujukan untuk suaminya kelak, pertama, ia ingin 7 buah (yang mana Allah menyukai angka ganjil) gamis besar berwarna gelap ( Rumaisha meniatkan pakaian itu untuk dipakai ketika ia keluar rumah, agar tiada lelaki lain yang senang memandangya, karena ia ingin menjaga keindahannya hanya untuk suaminya, ia tidak mau memakai warna – warna yang dapat menarik perhatian, makanya Rumaisha meminta warna yang gelap agar tidak ada lelaki yang tertarik untuk memandanginya ketika ia sedang di luar rumah, hal ini agar kehormatannya dan kehormatan suaminya tetap dapat terjaga), ia ingin sang suami membantunya untuk menjaga kehormatan istrinya kelak.
Namun, sungguh jawaban Abdullah sangat jauh di luar dugaan  Rumaisha. Abdullah yang dari awal sangat memukau hati Rumaisha dengan sikapnya yang baik,  kini membuat hati Rumaisha menangis hebat. Abdullah yang biasanya sangat memanjakannya dan meng’iya’kan setiap permintaan Rumaisha kini malah menolaknya.
“Wuih, de, ribet banget, liat nanti aja deh ya”
Membaca balasan sms itu, hati Rumaisha teriris rasanya, permintaan yang ia pikirkan manfaatnya,yang manfaatnya ia tujukan juga untuk calon suaminya, malah ditolak hanya dengan alasan ribet. Hati Rumaisha marah, ‘mana janji manismu, yang akan membawaku ke surga? Aku minta seperti itu saja kau sudah keberatan , apalagi kalau kita membina rumah tangga, apakah kamu tau semua itu juga aku tujukan untuk kamu kebaikannya, agar engkau mempunyai istri solehah, mempunyai perhiasan terindah dunia’ Hatinya menggerutuk. Sebenanrnya ingin ia menangis, tapi keadaannya yang sedang berada di keramaian, menahan sejenak air matanya untuk keluar.
“hehe, kalo misalnya kakak keberatan, diganti yang lain juga gak apa ko J
Rumaisha membalas sms masih dengan tenang, tak mampu meluapkan kekecewaannya, namu, tak dapat dipungkiri, hatinya hancur, harapan yang ia gantungkan seolah – olah terkhianati.
Sesampai di rumah, Rumaisha merebahkan badannya di atas tempat tidur, mencoba menenangkan diri,
“ Ya Allah, seperti itu kah pria yang selama ini aku kagumi, yang aku harapkan bisa menjadi imam yang baik untukku dan keluargaku kelak? Di mana letak pengorbanannya, aku menyesal telah berharap padanya L
Air mata Rumaisha tak terbendung lagi. Tersadar bahwa selama ini ia telah melanggar larangan Allah, dan mengharap kepada selain Allah, semakin tak tertahan air matanya menyesali perbuatannya selama ini.
Sejak saat itu ia kembali ke jalan Allah, mengambil hikmah dari semuanya. Allah Maha Pengampun.
Handphone Rumaisha selalu berbunyi, Abdullah selalu mencoba menghubunginya, namun tidak digubris oleh Rumaisha, mengikat hatinya satu untuk Allah. Menanti seorang imam pilihan Allah.
Hingga akhirnya mereka lulus dari perguruan tinggi, dan tak pernah berjumpa lagi.
Rumaisha mengganti maharnya, “jika ada seorang ikhwan yang agamanya dan ingin mengkhitbahku, maka sebagai mahar, aku ingin dia membacakan hafalan Surah kesukaanku, yaitu Surah An-Naba dan Ar-Rahman” JJJ

*****

Habibah Al-Hilm

KHOTBAH RASULULLAH MENGENAI FITNAH

Abu Sa’id Al-Khudri menuturkan bahwa Nabi berkhotbah setelah ashar. Beliau bersabda, “Amma ba’du. Sesungguhnya dunia itu indah dan manis. Allah menjadikan kalian khalifah di sana untuk melihat apa yang kalian perbuat. Waspadalah terhadap dunia dan waspadalah terhadap wanita karena fitnah pertama bani Israel berawal dari wanita. Ketahuilah, bahwa bani Adam diciptakan dengan bertingkat – tingkat. Ada yang dilahirkan sebagai mukmin, hidup sebagai mukmin, dan mati sebagai mukmin. Ada pula yang dilahirkan sebagai kafir, hidup sebagai kafir, dan mati sebagai kafir. Ada pula yang dilahirkan sebagai mukmin, hidup sebagai mukmin, dan mati sebagai kafir. Ada pula orang yang dilahirkan sebagai kafir, hidup sebagai kafir, dan mati sebagai mukmin.
Ketahuilah bahwa amarah adalah bara api yang dinyalakan di dalam dada anak Adam. Tidakkah kalian melihat matanya merah dan urat – uratnya menggelembung? Jika ada di antara kalian yang mengalaminya, hendaknya ia ke tanah. Ketahuilah bahwa lelaki terbaik adalah yang lambat marah dan cepat ridha. Lelaki paling jelek adalah cepat marah dan lambat ridha. Apabila seseorang itu lambat marah dan lambat kembali sadar, atau cepat marah dan cepat sadar, maka kedua sifat itu sebanding.
Ketahuilah bahwa pedagang yang paling baik adalah yang membayar dengan cara yang baik dan menuntut dengan cara yang baik pula. Pedagang paling buruk adalah yang membayar dengan cara yang buruk dan menuntut dengan cara yang buruk pula. Apabila seseorang membayar dengan cara yang baik dan menuntut dengan cara yang tidak baik, atau ia membayar dengan cara tidak baik dan menuntut dengan cara yang baik, maka kedua cara itu sebanding.
Ketahuilah bahwa setiap penghianat akan memiliki bendera pada hari Kiamat sebesar penghianatannya. Ketahuilah bahwa penghianatan terbesar adalah penghianatan seorang pemimpin. Hendaknya ketakutan kepada manusia tidak menghalangi seseorang untuk mengungkapkan kebenaran jika ia mengetahuinya.
Ketahuilah bahwa jihad yang paling utama adalah mengungkapkan kebenaran di hadapan seorang penguasa yang zalim.”
Rasulullah terus berkhotbah hingga matahari hanya tinggal berwarna kemerahan di ujung dahan kurma. Beliau kemudian bersabda,
“Ketahuilah bahwa masa dunia yang tersisa disbanding yang telah lewat adalah seperti hari kalian yang tersisa ini disbanding keseluruhan waktu yang telah lewat.” (HR. Ahmad, At-Tarmidzi, dan Al-Haakim)
Dalam khotbah di atas, Rasulullah menyinggung beberapa hal. Salah satunya mengenai bahaya dunia. Beliau menjelaskan bahwa rasa dan rupa dunia adalah manis. Lalu beliau memperingatkan kita akan bahaya dan godaan dunia. Beliau bersabda, “Maka waspadalah terhadap dunia,” karena dunia membawa bencana apabila dating dan menjadikan tubuh kurus bila pergi.
Seorang penyair mengungkapkan,”Itulah dunia. Ia berkata dengan lantang,’Hati – hati. Waspadalah terhadap cengkraman dan pembunuhanku. Janganlah kalian terkecoh dengan senyumku karena ucapanku menjadikan kalian tertawa, tetapi tindakanku menjadikan kalian menangis.”
Selanjutnya, Rasulullah memperingatkan kita akan fitnah kaum wanita. Mereka adalah jarring dan perangkap setan. Mereka kurang akal dan minus agama. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Maajah, Nabi bersabda,
“Wahai kaum wanita, bersedekahlah. Perbanyaklah istigfar karena aku melihat kalian adalah mayoritas penghuni neraka.”
Salah seorang dari mereka yang cerdas bertanya, “Rasulullah, mengapa kami adalah penghuni neraka yang paling banyak?”
Rasulullah kemudian menjawab,
“Kalian banyak mengutuk dan tidak berterimakasih kepada suami. Aku tidak pernah melihat makhluk yang kurang akal dan agama yang lebih sanggup menguasai akal seorang pria daripada kalian.”
Ia bertanya, “Apakah kekurangan akal dan agama kami?”
Beliau menjawab, “Kekurangan akal adalah persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian satu pria. Hal ini merupakan bukti kekurangan akal. Wanita selama beberapa hari tidak shalat dan tidak puasa pada Ramadhan. Hal ini merupakan bukti kekurangan agamanya.”
Dalam sebuah riwayat disebutkan,
“Aku tidak pernah melihat ada makhluk yang kurang akal dan agama yang lebih sanggup mencabut akal seorang pria yang tegas daripada salah satu dari kaum wanita. Jika seumur hidupmu, kamu berbuat baik kepadanya, lalu ia melihat satu saja keburukanmu, ia akan berkata,”Aku sama sekali tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu.”
Setelah itu Rasulullah menjelaskan tingkatan – tingkatan bani Adam agar kita senantiasa meminta kepada Allah agar diberikan husnul-khatimah atau kematian yang baik. Diriwayatkan oleh Anas bahwa Nabi bersabda,
“Jika Allah menghendaki kebaikan untuk seseorang maka Dia memperkerjakannya.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana Dia memperkerjakannya?”
“Dia memberinya taufik dan bantuan untuk melakukan amal saleh sebelum ia mati, lalu Dia mencabut nyawanya ketika ia melakukan amal saleh itu.” (HR. Ahmad, At-Tarmidzi, dan Al-Haakim)
Selain itu, Rasulullah juga menyinggung bahaya amarah. Salah satu bahayanya yang paling besar, sebagaimana dikatikan Ali bin Abi Thalib, adalah, “Marah akan membodohkan orang yang sabar, membuat seorang ulama gegabah, menyebabkan hilang akal, dan menunjukkan kebodohan seseorang.”
Oleh karena itu, Rasulullah pernah bersabda kepada seseorang yang memninta wasiat kepada beliau, “jangan marah.” Beliau mengulangi pesan itu beberapa kali.”Jangan marah…” (HR. Bukhari)
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda,
“Orang yang keras bukanlah yang dapat mengalahkan orang lain dengan kekuatan tubuhnya. Orang yang keras adalah yang dapat menguasai diri saat marah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan lain – lain)
Rasulullah kemudian menutup khotbah beliau dengan bersabda, “Ketahuilah bahwa masa dunia yang tersisa…”
Dengan kalimat itu beliau ingin mengingatkan kita bahwa dunia, seperti digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, merupakan,
“…Permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah – megah antara kamu serta serta berbangga – banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam – tanamannya mengagumkan para petani: kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur…” (Al-Hadiid : 20)
Dan yang tersisa dari dunia ini akan sirna dengan cepat.
Seorang penyair berkata, “Duniamu tidak lain seperti sebuah tempat berteduh yang menaungimu, lalu menyuruhmu pergi.”
Marilah kita menarik pelajaran dari ini semua. Hendaknya kita termasuk orang – orang yang menganggap bahwa dunia merupakan jembatan penyebrangan atau lading untuk akhirat yang ke sanalah kita akan kembali dan di sanalah semua akan menerima balasan.
“…Pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya…” (An-Naba’ : 40)
Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
“Dunia itu manis dan hijau. Allah menjadikan kalian khalifah di sana. Dia hendak melihat bagaiman kalian berbuat. Maka, waspadalah terhadap dunia dan waspadalah terhadap wanita.” (HR. Muslim dan An-Nasa’i)
Rasulullah juga bersabda,
“Setelah kematianku, tidak ada fitnah yang lebih membahayakan kaum lelaki daripada fitnah kaum wanita.”

*Syekh Thaha Al-Afifi

KHOTBAH RASULULLAH MENGENAI GAMBARAN DUNIA

Rasulullah berkhotbah. Setelah mengucapkan hamdalah, beliau bersabda, “Dunia adalah negeri ujian, tempat nafkah dan kesusahan. Jiwa orang – orang yang bahagia telah dicabut darinya. Ia diambil dengan keengganan dari tangan orang – orang yang sengsara. Orang yang paling bahagia adalah orang yang paling membenci dunia. Orang yang paling sengsara adalah yang paling meninginkannya. Dunia menipu orang yang meminta nasihatnya dan menyesatkan orang yang menaatinya. Orang yang menang adalah orang yang berpaling darinya. Orang yang binasa adalah orang yang terjatuh ke dalamnya.
Beruntunglah seorang hamba yang bertakwa kepada Tuhannya dalam masalah dunia, mengedepankan tobatnya, dan mengalahkan syahwatnya sebelum dunia melemparkannya ke akhirat, sehingga ia berada di perut bumi yang lengang dan gelap gulita, ia tidak dapat menambah kebajikan atau mengurangi kejahatan. Lalu ia dibangkitkan, entah ke surga yang kenikmatannya kekal abadi atau ke neraka yang siksanya tiada henti.”
Sebagaimana kit abaca, dalam khotbah di atas, Rasulullah menguak tabir yang menutupi sebuah hakikat yang penting yang harus kita ketahui, yaitu dunia. Rasulullah menjelaskan bahwa dunia adalah “negeri ujian, tempat nafkah, dan kesusahan.” Hal ini merupakan sesuatu yang pasti dan semua menyetujuinya. Tak dapat dimungkiri lagi bahwa kita semua mengetahuinya dan hidup di dalamnya, entah kita kaum fakir secara materi atau kaum hartawan, karena tak ada ketenangan di dunia bagi kedua kelompok itu. Masing – masing sibuk dan pikirannya terbebani. Beban itu dapat berupa beban pikiran ataupun raga. Dan masing – masing juga sulit atau lebih sulit dari yang lain.
Oleh karena itu, seharusnya di dunia ini seorang manusia yang berakal jauh dari beban pikiran dan kesedihan. Hendaknya tujuan tertinggi dari kehidupan dunia ini adalah keluar dari sana dalam keadaan diridahi oleh Allah.

*Syekh Thaha Al-Afifi

KHOTBAH RASULULLAH MENGENAI ILUSTRASI DUNIA DAN AKHIRAT

Syaddad bin Aus meriwayatkan bahwa pada suatu hari, Nabi berkhotbah, “Ketahuilah bahwa dunia adalah sesuatu yang nyata kini. Orang baik dan jahat makan darinya. Ketahuilah bahwa akhirat adalah ajal yang benar. Di sana sang Maha Raja yang Maha Kuasa mengadili. Ketahuilah bahwa semua kebaikan terdapat di surge dan ketahuilah bahwa semua kejahatan berada di neraka. Ketahuilah hal ini. Dan hendaknya kalian takut kepada Allah. Ketahuilah bahwa amal – amal kalian akan dibeberkan di hadapan kalian. ‘Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan dzarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatn sebesar dzarrah pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.’ (Az – Zalzalah : 7-8) (HR. Al-Baihaqi)
Dalam khotbah di atas, Rasulullah ingin memberi tahu kita, seperti yang beliau singgung dalam khotbah sebelumnya, mengenai hakikat dunia, yakni bahwa dunia adalah sesuatu yang dimakan oleh orang baik dan orang jahat. Hal ini berarti bahwa dunia tidak berharga, tidak ada nilainya di sisi Allah. Dalam sebuah hadits dinyatakan,
“Seandainya dunia itu di mata Allah sebanding dengan sayap nyamuk, pasti Dia tidak member orang kafir setetes air pun dari dunia itu.” (HR. At-Tarmidzi)
Jika Rasulullah menyatakan hal ini, itu beliau lakukan untuk mengalihkan mata kita atau juga hati kita, kepada keharusan untuk beramal bagi persiapan akhirat di samping beramal untuk kepentingan duniawi. Dalam sebuah hadits dinyatakan, “Orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang tidak meninggalkan akhiratnya karena dunianya, tidak pula meninggalkan dunianya karena akhiratnya, serta tidak menjadi beban atas orang lain.”
Kita harus terus – menerus berupaya untuk memanfaatkan setiap detik dari kehidupan dunia menjadi amal kebaikan yang menyebabkan kita menjadi penghuni surge, bukan penghuni neraka. Seluruh kebaikan adalah di surga dan seluruh kejahatan adalah di neraka.
Selain itu Rasulullah juga memperingatkan kita akan hukuman Allah, sebagaimana diisyratkan oleh firman-Nya,
“…Dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya…” (Ali Imran : 30)
Dan Allah adalah,
“Yang Mengampuni dosa Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya…” (Al-Mu’min : 3)
Marilah kita petik pelajaran dari semua ini agar kita senantiasa memiliki kesiapan yang matang untuk bertemu dengan Allah. Inilah keuntungan yang paling besar.

*Syekh Thaha Al-Afifi

KHOTBAH RASULULLAH MENGENAI ITTIBAA’

Uqbah bin Amir Al-Juhani meriwayatkan bahwa Nabi mengucapkan hamdallah lalu bersabda, “Amma Ba’du. Sesunggunhya perkataan yang paling benar adalah Kitabullah. Ikatan yang paling erat adalah kalimat takwa. Millah paling baik adalah millah Ibrahim. Sunnah yang paling baik adalah Sunnah Muhammad. Ucapan yang paling mulia adalah zikir kepada Allah. Kisah yang paling baik Al-Qur’an ini. Pekerjaan yang paling adalah yang fardhu dan yang paling buruk adalah yang diperbaharui. Petunjuk yang paling baik adalah petunjuk para Nabi. Mati yang paling mulia adalah matinya para syuhada. Buta yang paling hebat adalah kesesatan setelah mendapat hidayah. Ilmu yang paling baik adalah yang membawa manfaat dan hidayah yang paling baik adalah yang diikuti. Kebutaan yang paling buruk adalah butanya hati. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Yang sedikit dan mendukupi lebih baik daripada yang banyak namun membuat lalai. Permintaan maaf yang paling buruk adalah ketika diucapkan saat mati menjemput. Penyesalan yang paling buruk adalah penyesalan pada hari Kiamat.
Di antara manusia ada orang yang tidak mengerjakan shalat kecuali setelah waktunya lewat. Di antara mereka ada pula yang tidak mengingat Allah kecuali dengan hati yang kering dan tanpa ikhlas. Kesalahan paling berat adalah lidah yang pendusta. Kekayaan yang paling baik adalah kaya hati. Bekal yang paling baik adalah takwa. Inti kebijaksanaan adalah takut kepada Allah. Perasaan terbaik yang tertanam dalam hati adalah yakin. Dan keragu – raguan termasuk kekafiran. Niyayah termasuk budaya jahiliyah. Orang yang mengorupsi (gulul) harta rampasan perang termasuk penghuni neraka jahannam. Harta yang ditimbun dan tidak dizakati menjadi setrika api bagi pemiliknya. Syair termasuk salah satu seruling iblis. Arak adalah kumpulan dosa. Kaum wanita adalah perangkap setan. Pemuda adalah cabang kegilaan. Pendapatan paling buruk adalah dari riba. Makanan paling buruk adalah memakan harta anak yatim.
Orang yang bahagia adalah orang yang menagmbil pelajaran dari orang lain. Orang yang sengsara adalah yang sengsara di dalam perut ibunya. Kalian pasti akan berakhir di tempat kuburan yang luasnya hanya empat depa. Segalanya dilihat di akhirnya dan inti amal adalah amal penutup (menjelang wafat). Penyebar berita yang paling buruk adalah penyebar kebohongan. Segala hal yang akan dating adalah dekat. Celaan terhadap seorang mukmin adalah kefasikan, memerangi seorang mukmin tergolong kekafiran, dan memakan dagingnya (menggunjingnya) termasuk maksiat kepada Allah. Haramnya hartanya seperti haramnya darahnya. Orang yang banyak bersumpah atas nama Allah pasti akan mendustai-Nya. (tidak memenuhi sumpahnya).
Barangsiapa mengampuni, Allah akan mengampuni. Barangsiapa member maaf, maka Allah akan memberinya maaf. Barangsiapa menahan amarahnya, maka Allah akan memberinya pahala. Barangsiapa yang bersabar atas musibah, maka Allah akan memberinya ganti. Barangsiapa riya, Allah akan menunjukkan belangnyadi hadapan manusia bahwa ia tidak ikhlas. Barangsiapa yang bersabar maka Allah akan melipatgandakan ganjarannya. Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah, maka Dia akan mengazabnya. Ya Allah, ampunilah aku dan umatku. Ya Allah, ampunilah aku dan umatku. Aku meminta ampunan kepada Allah untuk diriku dan diri kalian.” (HR. Al-Baihaqi)
Sebagaiman yang kit abaca, dalam khotbah di atas, Rasulullah memberikan kita pengarahan langsung akan hal yang terbaik bagi kita dalam urusan dunia dan akhirat melalui petuah – petuah yang berguna. Intinya, seorang hamba yang baik adalah hamba yang konsisten dan terikat dengan perintah – perintah Allah seperti yang tercantum dalam kitab-Nya dan terungkap melalui lisan rasul-Nya. Demikian pula dengan larangan – larangan yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jika sudah begitu ia menjdai hamba yang taat kepada Allah dan rasul-Nya. Dan itulah keberuntungsn terbesar seperti diisyaratkan oleh firman-nya,
“…Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al-Ahzab : 71)
Dengan begitu, ia termasuk orang – orang yang dikaruniai nikmat dari Allah sebagaimana juga disinggung dalam firman-Nya,
“Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama – sama dengan orang – orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi – nabi, para shiddiiqiin, orang – orang yang mati syahid, dan orang – orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik – baiknya.” (An-Nisaa’ : 69)
Cukuplah baginya bahwa ia akan menjadi ahli ittibaa’ (yang mengenai sunnah) dan bukan ahlli bid’ah karena seluruh kebaikan terletak dalam ittibaa’, dan seluruh keburukan  terletak pada bid’ah.

*Syekh Thaha Al-Afifi