Rasulullah berkothbah. Setelah mengucapkan hamdalah dan puji – pujian kepada Allah, beliau bersabda, “Wahai umat manusia, negeri dunia ini adalah negeri yang bengko, bukan negeri yang lurus.Dunia adalah tempat kesusahan, bukan tempat kesenangan. Barangsiapa mengetahuinya, maka ia tidak gembira dengan kelapangan yang dimilikinya atau bersedih karena kesengsaraan yang dialaminya. Ketahuilah bahwa Allah menciptakan dunia sebagai negeri tempat ujian dan akhirat sebagai tempat kembali. Allah menjadikan pahala akhirat sebagai kompensasi ujian dunia. Allah mengambil untuk memberi, menguji untuk member ganjaran.
Dunia itu cepat pergi, segera berubah. Oleh karena itu, waspadalah terhadap keenakan menyusu kepadanya untuk antisipasi pahitnya bersapih. Waspadalah terhadap kenikmatannya yang sekarang untuk antisipasi tidak enaknya yang akan dating. Jangan bersusah payah memakmurkan negeri yang telah Allah pastikan akan hancur. Dan jangan meneruskannya karena Allah menginginkan kalian menjauhinya, sehingga kalian mendapat murka dan hukuman-Nya.”
Sebagaimana kit abaca, dalam khotbah itu Rasulullah kembali membicarakan dunia. Beliau menyepelekan dunia dan merendahkan nilainya agar manusia tidak disibukkan dengannya, sehingga melupakan akhirat yang merupakan tempat tinggal sebenarnya.
Allah berfirman,
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh – tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh – tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin…” (Al-Kahfi : 45)
Allah juga berfirman,
“…Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadiid : 20)
Dalam hadits riwayat Ibnu Umar diriwayatkan, “Rasulullah memegang pundakku lalu bersabda, ‘Jadilah di dunia kamu seperti seorang asing atau orang yang menyebrang jalan..’”
Ibnu Umar juga pernah berkata, “Jika pada sore hari, kamu jangan menunggu pagi. Jika pada waktu pagi , jangan menunggu sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebagai persiapan masa sakitmu, dan masa hidupmu untuk bekal kamu mati.” (HR. Bukhari)
Para ulama menjelaskan makna hadits di atas, “Maksudnya jangan kamu bersandar kepada dunia. Jangan jadikan dunia sebagai tempat tinggal. Jangan anggap kamu akan tinggal kekal di sana. Jangan mengikat diri dengan dunia kecuali seperti apa yang dibawa oleh seorang asing di tempat yang bukan negerinya. Jangan sibukkan dirimu dengan apa yang tidak menyibukkan seorang asing yang ingin pergi ke keluarganya.”
Inilah yang dimaksud dari khotbah Rasulullah di atas. Wallahu a’lam.
Seorang penyair berkata, “Tidak ada rumah yang akan ditinggali seseorang setelah ia mati, selain yang telah ia bangun sebelum ia mati. Jika ia membangunnya dengan kebaikan, ia tinggal dengan nyaman. Akan tetapi, jika ia membangunnya dengan kejahatan, celakalah ia. Jiwa menginginkan dunia padahal ia telah mengetahui bahwa kezuhudan adalah meninggalkan harta duniawi. Oleh karena itu, tanamlah landasan takwa selama kamu sehat dan ketahuilah bahwa setelah kamu mati kamu akan menemui ganjarannya.”
*Syekh Thaha Al-Afifi
0 komentar:
Posting Komentar