rss

mutiarafr.blogspot.com

Sabtu, 25 Desember 2010

KHOTBAH RASULULLAH AGAR MENGINGAT MATI

Rasulullah berkhotbah. Setelah membaca hamdalah, beliau bersabda, “Wahai manusia, perbanyaklah mengingat si pelumat kenikmatan. Jika kalian mengingatnya pada saat sulit, ia akan melapangkan urusan sulit kalian itu. Jika kalian mengingatnya pada saat lapang, ia membuat kalian benci kelapangan itu. Kematian adalah pemutus cita – cita dan perputaran hari mendekatkan ajal. Seorang hamba berada di antara duan hari : pertama, hari yang telah lewat saat amalnya dihitung dan ia ditutup dengan amalan itu, dan kedua, hari yang tersisa, ia tidak tahu barangkali ia tidak sampai ke sana. Pada saat nyawa seorang hamba keluar dan kuburannya tiba, ia melihat balasan perbuatannya yang telah lampau dan sedikitnya kecukupan yang telah ia tinggalkan”
“Wahai manusia, dalam qana’ah, ada kecukupan. Dalam penghematan, ada bekal hidup yang cukup, dan dalam kezuhudan, ada ketenangan. Setiap amal ada balasannya, dan semua yang akan dating itu dekat.”
Sebagaimana kita baca, dalam khotbah itu, Rasulullah menyampaikan topiknya kepada seluruh kaum muslimin. Beliau menyuruh mereka agar memperbanyak mengingat si pelumat kenikmatan, yaitu kematian. Memperbanyak mengingat kematian, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah, akan membuat manusia tidak lengah, menjadikannya senantiasa zuhud di kehidupan dunia yang awalnya adalah tangisan, tengahnya adalah kesusahan, dan akhirnya adalah kemusnahan.
Allah berfirman,
“…Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (al-ankabut : 64)
Seorang manusia, sudah semestinya selalu mengingatkan dirinya akan hakikat ini, sehingga ia menganggap dirinya sebagai tamu kehidupan yang sebentar ini, juga agar ia senantiasa memiliki kesiapan matang untuk bertemu dengan Allah, dengan cara memanfaatkan setiap saat dari kehidupannya. Apabila ia sampai pada ajalnya dan tiba saat kepergiannya, ia bahagia dengan perjalanan panjang menuju Allah yang ia jalani.
Dalam satu hadits dinyatakan,
“Barangsiapa suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun suka bertemu dengannya. Dan barangsiapa benci bertemu dengan Allah, maka Allah pun benci bertemu dengannya.”

Jika seseorang memperbanyak mengingat kematian, maka ia tidak akan menjadi orang yang tamak dan bakhil. Sebaliknya, ia menjadi orang yang qana’ah dan dermawan. Pada saat yang sama ia akan melaksanakan firman Allah,
“…Dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang berbuat kerusakan.” (al-Qashas : 77)
Begitulah, semua terjadi karena ia mengetahui bahwa zuhud tidak seperti yang dipahami oleh sebagian orang. Bahwa zuhud adalah berkonsentrasi hanya untuk beribadah dan menjauhi pekerjaan duniawi. Sebagaimana dikatakan para ulama, “Orang zuhud bukanlah orang yang tidak memiliki harta. Orang zuhud adalah mereka yang hatinya tidak disibukkan oleh harta meskipun ia dikaruniai harta yang melimpah seperti Qarun.”
Hendaknya kita memahami segala aspek ini. Marilah kita menjadi orang – orang yang mengenal Allah. Ibnu Umar mengatakan bahwa Rasulullah memegang pundaknya lalu bersabda “Jadilah di dunia seperti orang asing atau orang yang menyeberang jalan.”
Dalam penjelasan hadits di atas, para ulama mengatakan, “Artinya adalah janganlah kamu bersandar kepada dunia. Jangan jadikan dunia sebagai tempat tinggal. Jangan anggap kamu akan tinggal kekal di sana. Jangan mengikat diri dengan dunia kecuali seperti apa yang dibawa oleh seorang asing di tempat yang bukan negerinya. Jangan sibukkan dirimu dengan apa yang tidak menyibukkan seorang asing yang ingin pergi ke keluarganya.”

Allahualam…

*Syekh Thaha Al-Afifi

KHOTBAH PERTAMA RASULULLAH DI MADINAH

Dalam sirahnya, Ibnu Hisyam mengatakan bahwa khotbah pertama yang disampaikan oleh Rasulullah sesuai dengan riwayat yang disampaikan kepadaku dari Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa beliau berdiri di hadapan mereka. Beliau mengucapkan hamdalah dan puji – pujian yang layak bagi-Nya. Selanjutnya beliau bersabda, “Amma ba’du. Wahai manusia….Beramalah untuk bekal diri kalian. Kalian pasti akan mengetahui bahwa ada di antara kalian yang mati, lalu ia meninggalkan kambingnya tanpa ada yang menggembalakannya. Lalu Tuhannya bertanya kepadanya, tanpa ada juru bicara atau pengawal yang menghalangi-Nya, ‘Bukankah Rasul-Ku telah dating kepadamu dan menyampaikan dakwah kepadamu? Bukankah aku juga telah memberimu harta kekayaan dan karunia yang besar? Apa yang telah kamu kerjakan sebagai bekal bagi dirimu?’ Ia memandang ke kiri dank e kanan, namun tidak melihat apa – apa. Ia memandang ke depan, namun hanya melihat neraka jahanam. Oleh karena itu, barang siapa dapat melindungi dirinya dari neraka, meski dengan sebiji kurma, hendaknya ia melakukannya. Jika tidak ada, bias dengan mengucapkan kata – kata yang baik. Perkataan yang baik akan dibalas sepuluh kali lipat dan terus dilipatkan hingga tujuh ratus kali. Wassalamu’alaikum wa’ala rasulillah wa rahmatullahi wabarakatuh” (HR. al-baihaqi)
Dalam sebuah syair diungkapkan, “Umur adalah seperti tamu atau khayalan yang tidak punya hak untuk tinggal. Dan orang berakal, dalam seluruh keadaannya, menunggu kematiannya. Orang bodoh yang lupa diri adalah orang yang tidak menjadikan takwa seabagai bekalnya.”
Rasulullah juga mengingatkan bahwa ketika ajal manusia habis, ia pasti meninggalkan segala sesuatu di belakangnya. Ia tidak membawa apa pun kea lam akhirat kecuali amal – amal yang telah dikerjaknnya, baik ataupun buruk. Di sana, ketika Allah menghakiminya dan menanyainya mengenai seluruh hakikat itu sambil mengingatnya akan karunia-Nya , manusia akan memandang ke kanan dan ke kiri, berharap melihat suatu kebajikan yang telah dikerjankannya. Jika ia tidak menemukan kebajikan itu, ia tidak akan melihat selain kejahatn yang pernah diperbuatnya yang menyebabkannya masuk neraka.
Oleh karena itu, di akhir khotbah beliau ini Rasulullah menghimbau kita agar segera mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amal – amal saleh. Sebelum kita meninggalkan alam dunia kea lam hisab atau akhirat dan sebelum kita menyesal.
Allah berfirman,
“…Pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya…” (an-naba : 40)

“(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.” (al-muthaffifiin : 6)
Seorang penyair mengatakan, “Carilah bekal yang baik untuk dirimu ketika kamu bebas memilih, sebelumkamu menjadi orang yang berwarna hitam legam. Kamu tidak tahu akan ke mana. Dibawa ke surge Adn-kah atau dijerumuskan ke neraka.”
Hendaknya kita mengingat hal ini. Mari kita segera mendekatkan diri kepada Allah sebelum usia kita berakhir dan sebelum kita berkata ketika ajal menjemput,
“…Ya, Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) –ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang – orang yang saleh? Dan Allah sekali – kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah dating waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (al-nunafiquun : 10-11)

*Syekh Thaha Al-Afifi

KHOTBAH RASULULLAH PADA SHALAT JUM’AT PERTAM DI MADINAH

Ibnu Jarir mengatakan bahwa Yunus bin Abdul-A’LA mengabarinya dari Ibnu Wahab dari Sa’id bin Abdurrahman al-Jumahi bahwa ia mendengar khotbah Rasulullah pada shalat jum’at pertama yang beliau laksanakan di Madinah, tepatnya di bani Salim bin Amru bin Auf. Inilah khotbah Rasulullah itu,
“Alhamdulillah. Aku memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, meminta ampunan-Nya, dan meminta hidayah-Nya. Aku beriman kepada-Nya, tidak kafir kepada-Nya. Aku memusuhi orang yang mengingkarinya. Aku bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Dia mengutus dengan petunjuk dan agama yang benar, dengan cahaya, dan mau’izhah setelah lama tidak diutus para Rasul, di tengah sedikitnya ilmu dan kesesatan manusia serta kedekatan dengan kiamat. Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah lurus. Dan barangsiapa mendurhakai mereka, maka ia telah melampaui batas dan sesat dengan jelas.
Aku berwasiat kepada kalian dengan takwa kepada Allah. Hal terbaik yang aku wasiatkan kepada seorang muslim adalah mendorongnya agar beramal demi akhirat dan menyuruhnya bertakwa kepada Allah. Takutlah kepada hal yang telah diperingatkan-Nya kepada kalian. Tidak ada nasihat yang lebih afdhal daripada itu. Tidak ada peringatan yang lebih baik daripada itu. Itu adalah ketakwaan bagi orang yang mengamalkannya dengan perasaan takut dan gentar. Merupakan penyokong yang kuat atas pahala akhirat yang kalian dambakan. Barangsiapa memperbaiki perkara rahasia dan terang – terangan antara ia dan Allah dengan tidak meniatkannya kecuali untuk Allah, maka hal itu akan menjadi pengingat baginya pada kehidupan dunianya dan bekal setelah mati ketika seorang manusia membutuhkan apa yang telah ia kerjakan. Adapun yang lain dari itu,
“…Ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu (kiamat) ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran : 30)
Zat yang firman-Nya benar dan Dia mewujudkan janji-Nya. Dia berfirman,
“Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku.” (Qaaf : 29)
Bertakwalah kepada Allah dalam masalah dunia dan akhirat kalian, baik yang rahasia maupun yang terang-terangan karena,
“…Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan – kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (ath-thalaaq : 5)
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya ia telah mendapat untung yang sangat besar. Sesungguhnya, takwa kepada Allah akan melindungi kalian dari murka-Nya, hukuman-Nya, dan amarah-Nya. Takwa kepada Allah akan mencerahkan wajah, membuat Tuhan ridha, dan meninggikan derajat. Carilah keberuntungan kalian, jangan melalaikan hak Allah. Allah telah mengajarkan kitab-Nya kepada kalian dan menjelaskan jalan-Nya agar Dia mengetahui mana orang – orang yang benar dan mana yang berbohong. Oleh karena itu, berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kalian. Musuhilah musuh – musuh-Nya dan berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar – benarnya.
Dia telah memilih kalian dan menamai kalian muslimin ,”…agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula)..”
Tiada kekuatan selain dengan-Nya. Perbanyaklah zikir mengingat Allah. Beramallah untuk bekal setelah mati. Barangsiapa yang menjaga hubungan dirinya dengan Allah, maka Dia yang akan menjaga hubungannya dengan sesame manusia karena Allah menetapkan keputusan atas diri manusia dan mereka tidak dapat menetapkan keputusan atas-Nya. Dia memiliki dari manusia dan mereka tidak memiliki dar-Nya. Allah Maha Besar dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung.”
Sebagaimana kita baca, dalam khotbah yang sarat makna di atas, kita perhatikan bahwa Rasulullah secara jelas memfokuskan dorongan untuk bertakwa kepada Allah. Hal itu karena takwa, sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah wasiat Rasulullah, merupakan inti dari segala hal. Di samping itu, takwa juga melindungi kita dari murka, hukuman , dan amarah Allah, juga mencerahkan wajah, menjadikan Tuhan ridha, serta meninggikan derajat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka ia telah sangat beruntung.
Pada akhir khotbah di atas, Rasulullah juga mendorong kita agar banyak berzikir dan beramal untuk bekal setelah kematian. Zikir kepada Allah merupakan obat hati, kebugaran dan kesehatan tubuh, serta cahaya mata. Dengan zikir, hati menjadi tenang, kesusahan menjadi sirna, dosa – dosa pun diampuni. Amal saleh untuk bekal setelah mati merupakan jalan keselamatan dan keberuntungan.
“…Pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya…” (an-naba : 40)
“(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.” (al-infithaar : 19)
“(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?” (al-muthaffifiin : 6)
Hendaknya kita mengingat ini semua. Mari kita manfaatkan baik – baik setiap detik dari hidup kita. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Bersegeralah melakukan amal – amal saleh karena akan dating fitnah –fitnah seperti malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seseorang masih mukmin, tapi sorenya sudah menjadi kafir, atau pada sore hari ia mukmin dan pada keesokan harinya ia menjadi kafir. Ia menjual agamanya demi mendapat harta dunia.” (HR. Muslim)
Addy bin Hatim meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Lindungilah diri kalian dari neraka meski dengan sebiji kurma. Jika ada yang tidak punya, ia dapat melakukannya dengan menyampaikan perkataan yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)
*Syekh Thaha Al-Afifi

KHOTBAH RASULULLAH AGAR KITA MERUJUK KEPADA SYARIAT

Rasulullah berkhotbah juga, “Wahai manusia, kalian memiliki batasan ajaran syariat, maka merujuklah ke sana. Kalian memiliki akhir, maka berhentilah di titik akhir kalian. Seorang mukmin berada di antara dua rasa takut, yaitu antara ajal yang telah lewat yang ia tidak tahu apa yang akan Allah lakukan terhadapnya dan ajal yang tersisa yang ia tidak mengetahui apa yang telah Allah tetapkan atas dirinya di dalamnya. Oleh karena itu, hendaknya seorang hamba mengambil bekal bagi dirinya dari usahanya, dari dunianya untuk akhiratnya, dari masa muda sebelum masa tua, dari kehidupan sebelum mati. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, setelah kematian, tidak ada permintaan maaf dan setelah dunia tidak ada tempat selain surge atau neraka.
Dalam khotbah yang padat berisi di atas, Rasulullah menyinggung hal yang penting, yaitu hendaknya manusia yang mukalaf mengetahui bahwa ia memiliki ajaran – ajaran yang ia harus berhenti pada batasan – batasannya. Artinya, ia mesti berhenti pada batasan – batasan syara’ di atas landasan pengetahuan mengenai hukum – hukum agama. Hendaknya manusia juga sadar bahwa ia berada di antara dua ketakutan yang ia harus lolos dari keduanya dengan selamat, yaitu dengan ia mengambil, “Untuk dirinya dari dirinya, dari dunianya untuk akhiratnya, dari masa muda sebelum masa tua, dan hari kehidupan sebelum kematian.”
Setelah memahami hakikat penting ini, manusia juga harus mengerti makna yang terkandung dalam sumpah Rasulullah pada akhir khotbah agar manusia berusaha dengan segenap kekuatan dan keimanannya, agar menjadi penghuni surge, bukan penghuni neraka.

*Syekh Thaha Al-Afifi

dunia

Dunia itu hijau dan manis, namun yang paling bahagia adalah yang paling membencinya, sedangkan yang paling sengsara adalah yang paling menginginkannya.
Dunia akan menipu orang yang meminta nasihatnya dan menyesatkan orang yang menaatinya.
Dunia adalah tempat kesusahan, bukan kesenangan.
Orang yang yang mengetahuinya, tidak gembira dengan kelapangan yang didapat atau bersedih karen kesengsaraan yang dialami.
Allah menjadikan pahala akhirat sebagai kompensasi dari ujian dunia.