Rasulullah berkhotbah juga, “Wahai manusia, kalian memiliki batasan ajaran syariat, maka merujuklah ke sana. Kalian memiliki akhir, maka berhentilah di titik akhir kalian. Seorang mukmin berada di antara dua rasa takut, yaitu antara ajal yang telah lewat yang ia tidak tahu apa yang akan Allah lakukan terhadapnya dan ajal yang tersisa yang ia tidak mengetahui apa yang telah Allah tetapkan atas dirinya di dalamnya. Oleh karena itu, hendaknya seorang hamba mengambil bekal bagi dirinya dari usahanya, dari dunianya untuk akhiratnya, dari masa muda sebelum masa tua, dari kehidupan sebelum mati. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, setelah kematian, tidak ada permintaan maaf dan setelah dunia tidak ada tempat selain surge atau neraka.
Dalam khotbah yang padat berisi di atas, Rasulullah menyinggung hal yang penting, yaitu hendaknya manusia yang mukalaf mengetahui bahwa ia memiliki ajaran – ajaran yang ia harus berhenti pada batasan – batasannya. Artinya, ia mesti berhenti pada batasan – batasan syara’ di atas landasan pengetahuan mengenai hukum – hukum agama. Hendaknya manusia juga sadar bahwa ia berada di antara dua ketakutan yang ia harus lolos dari keduanya dengan selamat, yaitu dengan ia mengambil, “Untuk dirinya dari dirinya, dari dunianya untuk akhiratnya, dari masa muda sebelum masa tua, dan hari kehidupan sebelum kematian.”
Setelah memahami hakikat penting ini, manusia juga harus mengerti makna yang terkandung dalam sumpah Rasulullah pada akhir khotbah agar manusia berusaha dengan segenap kekuatan dan keimanannya, agar menjadi penghuni surge, bukan penghuni neraka.
*Syekh Thaha Al-Afifi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar